Mantan Cleaning Service Masuk ITB
Berikut ini cerita motivasi dari Mahasiswa ITB yang bersumber dari website Aku Masuk ITB 2014 (www.akumasukitb.com).
Nama ku Dedy Prasetiady, aku alumni SMA Negeri 1 Berastagi, Tanah Karo, Sumatra Utara. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Sejak aku kelas 4 SD ayah ku telah meninggal dunia. Sepeninggalan ayah sumber penghasilan utama keluarga kami adalah warung kecil yang dibuka didepan rumah. Alhamdulillah kami masih bisa hidup dalam kesederhanaan. Dari hasil warung kecil kami mamak masih bisa membiayai aku dan adik untuk melanjutkan sekolah namun mamak hanya menyanggupi untuk membiayai sampai tamat SMA saja.
Sejak kelas 1 SMA aku selalu meraih peringkat pertama di kelas. Ketika SMP dan SD aku belum pernah meraih juara 1 karena tidak memiliki motifasi. Dulu aku berpikir buat apa belajar sungguh-sungguh toh gak kuliah. Diawal SMA aku mulai sadar tidak apa kalau nantinya tidak kuliah setidaknya kalau juara aku bisa membuat mamak senang. Sejak saat itu aku mulai gigih belajar dan selalu meraih peringkat 1 di kelas meski belum pernah bisa meraih peringkat 1 umum di sekolah. Melihat prestasiku entah kenapa mamak jadi bersemangat. Mamak mulai mendukung untuk terus melanjutkan sekolah ku sampai ke perguruan tinggi. Kata-kata mamak yang selalu ku ingat ” adanya rezekinya itu . .. “.
Teman-teman ku mulai sibuk menentukan tempat melanjut setelah lulus SMA. Saat itu aku bercita-cita ingin masuk ITB. Aku terinspirasi oleh sepupu ku yang pernah kuliah di ITB, Bang Ecang ( Muhammad Faisal, alumni Teknik Sipil ITB ). Dari semua sepupu ku di keluarga besar hanya bang Ecang yang pernah kuliah di ITB dan dia yang terlihat paling sukses. Baru saja lulus kuliah Bang Ecang sudah bisa memberangkatkan orang tuanya naik haji. Saat itu aku bercita-cita masuk ITB karena aku juga ingin segera memberangkatkan mamak ku ke tanah suci. Tiap ada yang bertanya mau ngelanjut kemana tanpa ragu akan ku jawab, ITB. Sebenarnya aku juga sadar masuk ITB tidak mudah. Saat itu dari sekolah ku sudah hampir 15 tahun belum ada seorang pun yang bisa masuk ITB, tapi kupikir tidak ada salahnya menggantungkan cita-cita setinggi-tingginya.
Singkat cerita lagi kini aku sudah lulus SMA. Untuk mempersiapkan diri mengikuti ujian masuk perguruan tinggi banyak teman-teman ku yang sudah pergi ke Medan untuk mengikuti bimbel, saat itu di Berastagi belum ada bimbel. Disaat yang bersamaan aku justru melanjutkan bekerja sebagai Cleaning Service di salah satu Hotel dan Taman bermain di daerah ku yang bernama Mickie Holiday untuk mencari tambahan untuk bekal ku kuliah. Aku sudah bekerja paru waktu sebagai Cleaning Service sejak aku kelas 2 SMA. Dahulu awalnya aku dan satu orang teman ku datang ke Mikie Holiday pada acara penerimaan pekerja paru waktu dengan harapan bisa bekerja menjaga permainan di area bermain namun sayang kami tidak memiliki “orang dalam” jadi tidak bisa mendapatkan pekerjaan itu. Di akhir sesi HRD dari pihak Mickie Holiday menyampaikan ” Dibutuhkan dua orang lagi yang siap malu, siap kerja keras, dan siap kena panas “. Kulihat teman ku mengankat tangan mengajukan diri aku pun spontan mengankat tangan dan dari situ kisah ku sebagai Cleaning Service dimulai.
Kini saat aku sudah tamah SMA aku ditawari oleh bos ku menjadi karyawan tetap namun dengan halus ku tolak dan mengatakan masih ingin melanjutkan kuliah. Sambil bekerja aku tidak melupakan cita-cita ku untuk masuk ITB. Pagi hari sebelum berangkat kerja aku menyempatkan diri belajar terlebih dahulu dan aku akan menyiapkan catatan-catatan penting misal rumus trigonometri untuk dibawa saat kerjaan. Di sel- sela pekerjaan aku akan menyempatkan diri membaca catatan-catatan yang telah ku persiapkan dari rumah tadi.
Tiba saatnya hari Ujian Masuk Bersama. UMB dilangsungkan sebelum SNMPTN dan saat itu aku memilih Teknik Sipil USU dan Teknik Elektro USU. Motif ku mengikuti UMB adalah untuk cadangan, untuk jaga-jaga karena aku sadar masuk ITB bukan hal yang mudah. Singkat cerita ternyata aku tidak lulus di UMB. Aku galau, cadangan saja tidak bisa apa lagi yang utama. Hampir saya aku putus asa namun aku bertekad untuk tidak menyerah aku tidak boleh mengecewakan mamak. Aku masih tetap bekerja sebagai Cleaning Service namun kini saat libur aku akan fokus belajar di rumah tidak lagi kumpul dengan teman-teman. Aku akan berdiam diri di kamar, pintu dan jendela kamar ku kututup, lampu kamar ku matikan dan hanya lampu meja belajar yang menyala disertai alunan dari musik rock kesukaan ku. Mamak khawatir melihat sikap ku, takut anaknya stres. Hampir setiap jam mamak akan mengintip kedalam kamar takut anaknya berbuat yang aneh-aneh. Tiap beberapa jam pintu kamar ku akan diketuk entah oleh adik atau mamak untuk mengantarkan susu maupun camilan. Bahkan pernah mamak ku memberi uang untuk ku dan mengatakan ” Udah abang jangan belajar terus, sana main game tempat Wak Alang ” padalah dahulu mamak ku paling keras melarang ku untuk bermain game. Memang mamak ku mamak nomor 1.
Saat ini H-7 menjelang SNMPTN. Aku izin ke bos di tidak bekerja dulu untuk persiapan ujian. Selama 7 hari aku menumpang di rumah Uwak di Medan agar dekat dengan tempat ujian dan membiasakan diri dengan udara medan yang panas jadi saat ujian sudah tidak terlalu tersiksa. Hari ujian tiba, hari pertama selesai dan aku cukup puas dengan hasilnya namun malamnya entah kenapa aku sulit untuk tidur padahal besok masih ada ujian, untungnya aku bisa juga tertidur meski diatas jam 12 malam. Ujian hari ke 2 pun selesai aku segera kembali ke Berastagi, kembali menjadi Cleaning Service sembari menunggu hasil pengumuman.
Kini hari pengumumam. Malam hari aku izin ke mamak untuk pergi melihat hasil SNMPTN ke warnet dekat rumah. Hati ku entah apa isinya, aku sudah pasrah jika memang tidak lulus lagi di SNMPTN kali ini aku sudah berencana akan langsung kerja saja di pabrik air minum AQUA yang ada di daerah ku. Kini aku duduk menatap monitor warnet, kumasukkan kode ujian ku, sedikit kupejamkan mata dan kutekan enter. Kubuka mata dan segera aku berteriak keras Allahu Akbar ! ! Alhamdulillah ! ! hingga penjaga warnet juga kaget. Air mataku bersimbah aku menangis sepanjang jalan. Sampai didepan rumah mamak langsung mengatakan pada ku untuk bersabar karena beliau merasa aku tidak akan lulus. Saat aku menyatakan lulus aku mamak ku dan adik ku langsung menangis bersama kami bertiga berpelukan.
Singkat cerita kini aku sudah berada di Bandung, saat ini aku sudah menginjakkan kaki di ITB ditemani abang sepupuku Bang Ecang. Meski senang namun pikiran ku belum tenang, karena belum jelas masalah keuangan. Tanpa di duga di hari kedua masa orientasi, di sela-sela jam makan siang saat kami semua sedang berada di Sasana Budaya Ganesha ( SABUGA ) tiba-tiba beberapa nama ditampilkan dilayar monitor, salah satunya nama ku, nama-nama yang ditampilkan tersebut juga dipanggil lewat pengeras suara dan di minta menghadap ke salah satu ruangan. Aku menurut saja dan ternyata saat itu aku di usulkan untuk mendapat beasiswa Bidik Misi. Agak tidak percaya, senang sekali rasaya seperti mimpi bahkan bermimpi seperti itu juga tidak pernah, Alhamdulillah. Kini aku bisa berkuliah dengan tenang di ITB karena biaya hidup dan perkuliahan ku sudah di tanggung Bidik Misi. Kini aku bahkan bisa sedikit membantu meringankan perekonomian keluarga ku karena aku sudah memiliki beberapa pekerjaan sampingan dengan penghasilan yang lumayan bahkan melebihi gaji ku saat harus bekerja keras sebagai Cleaning Service dahulu Alhamdulillah.
Sumber : www.akumasukitb.com
Dilihat sebanyak : 2062 kali
Leave a Reply